Negara kita adalah Negara Indonesia. Negara yang memiliki begitu banyak ragam budaya. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dengan bersifat kompleks, abstrak dan luas. Budaya juga memiliki banyak unsur di dalamnya, seperti budaya yang menyangkut dengan agama, bahasa, suku, adat istiadat, pakaian, politik, bangunan dan juga karya seni.
Masyarakat Indonesia menganut beberapa agama, yang di antaranya adalah agama Islam, Kristen protestan, Kristen khatolik, Hindu, dan Budha. Negara Indonesia pun memiliki berbagai macam bahasa di setiap daerahnya. Budaya Indonesia sangat kental dengan adat istiadat yang terdapat di dalam suatu daerah. Negara kita juga memiliki berbagai macam suku. Ada suku Dayak, Bugis, Gayo, Alas, Batak, Minang, Melayu, Jawa, Badui, Anak Dalam dan masih banyak lagi.
Banyak daerah-daerah di Indonesia yang sampai pada saat ini masih selalu melakukan adat istiadat daerahnya yang telah ditinggalkan oleh para leluhurnya dari zaman dahulu kala. Karena mereka sangat menghargainya adanya kebudayaan yang mereka miliki selama ini. Dan mereka sangat mempercayai apa yang terkandung didalamnya. Salah satu contoh budaya yang bisa kita lihat adalah budaya dari daerah bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ntumbu (Adu Kepala) Salah satu budaya bima yang masih bertahan pada saat ini dan terus dikembangkan oleh masyarakat bima. Budaya dan sekaligus keseniaan ini berlokasi di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Tradisi yang sudah berumur sama dengan keberadaan daerah bima ini tidak sembarang orang dapat memainkannya. Hal ini dikarenakan perlu dipelajari secara serius dan mendalam melalui seorang guru. Sehingga tidak heran, hanya terdiri dari beberapa orang saja yang mampu memerankan tradisi tersebut. Belum lama ini digelar budaya adu kepala di halaman Kantor Bupati Bima dan mendapat perhatian luas dari masyarakat, termasuk turis manca negara. Karena keunikan dari budaya yang berasal dari daerah bima ini .
Selain Ntumbu yang berarti adu kepala ini penduduk bima juga memiliki kebiasaan yang sampai pada saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakatnya. Seni yang masih sering di lakukan oleh masyarakat bima ini adalah Pacoa Jara (Pacuan Kuda) Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut dengan “Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima. Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali dalam setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti Hari Proklamasi (Agustus) dan pada Hari Pemuda (Oktober). Pacuan kuda ini dilaksanakan dalam bentuk kejuaraan, bahkan melibatkan juga peserta dari daerah lain yaitu Dompu, Sumbawa, hingga dari Lombok. Yang menarik dalam permainan ini adalah hadiah bagi jawara pacuan kuda ini tidak sedikit, sehingga banyak peminat yang ingin mengikutinya. Hadiah pertama antara lain sebuah sepeda motor + sepasang anak sapi + hadiah lainnya. Setiap peserta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,- Jika ternyata kalah dan keluar, peserta yang penasaran bisa mendaftar lagi dan ikut berlonba kembali. Nah, untuk satu periode pacuan, jumlah pendaftar ini bisa mencapai 800 hingga 1000 peserta! Selain di Panda, arena pacuan ada juga di kota Bima dan di Sila.
Dan sudah seharusnya kita sebagai warga Negara Indonesia harus bisa saling menghargai budaya-budaya yang ada di Negara kita ini. Agar Negara lain juga bisa ikut menghargai budaya-budaya yang kita miliki ini. Dan jangan sampai Negara kita ini menjadi terpecah hanya karna berbedanya budaya yang kita miliki. Karna beragamnya budaya yang kita miliki ini adalah salah satu kekayaan kita, sebagai penduduk warga negara Indonesia. Dan kita juga harus bisa mencintai budaya yang kita miliki .